PEMBELAJARAN TERPADU
Pengertian
pembelajaran terpadu menurut Tim Pengembang PGSD (2001; 8) dapat dilihat
sebagai :
a.
Pembelajaran
yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan
untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain baik yang berasal dari bidang
studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
b.
Suatu
pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan
perkembangan anak.
c.
Suatu
cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
d.
Merakit
atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda,
dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran
terpadu merupakan pembelajaran yang dipadukan dari konsep, materi, mata
pelajaran, bahkan sikap dan perilaku terkait yang dijadikan suatu tema, dan
tema-tema tersebut tidak dipilih-pilih antar bidang studi.
Dari beberapa
pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:
1)
Berpusat pada
anak
Pembelajaran
terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada
siswa seperti aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasai dan dibutuhkan
sesuai perkembangannya. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak
sebagai fasilitator dan siswa sebagai aktor.
Contoh:
Dalam mata
pelajaran IPA bagian praktikum, guru melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator
yaitu memberi petunjuk dan mengarahkan proses pelaksanaan praktikum. Sedangkan
siswa aktif dengan melaksanakan praktikum sendiri sesuai arahan guru. Siswa
mencatat hasil praktikumnya dan dipresentasikan, lalu guru meluruskan konsep
yang salah. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil praktikum.
2)
Otentik
Pembelajaran
terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan
prisip yang dipelajari sehinggan dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang
lebih abstrak.
Contoh:
Pada pelajaran
IPS mengenai peninggalan sejarah, guru tidak hanya menjelaskan materi mengenai
bangunan-bangunan bersejarah tetapi guru mengajak siswa langsung ke tempat yang
sesuai dengan materi tersebut, seperti museum. Dengan pengalaman langsung
tersebut, siswa dapat mengetahui dengan jelas dan memahami materi yang akan
dipelajari.
3)
Pemisahan
antarbidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran
terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari beberapa mata
pelajaran sekaligus. Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan sehingga
memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi.
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
Contoh:
Guru bercerita
“Berlibur ke Baturaden”
“Liburan semester
genap ini Astri dijanjikan oleh orang tuanya untuk berlibur ke Baturaden. Hari
yang dijanjikan pun tiba. Hari ini Sabtu, 29 September jam 16.00 WIB, Astri dan
kedua orangtuanya berangkat menggunakan mobil. Sebelum berangkat, tidak lupa
Astri menyiapkan bekal. Sesampainya di Baturaden, Astri melihat berbagai
penjual yang menjual cendera mata khas Baturaden. Astri meminta uang kepada
ibunya lalu ibunya memberi uang Rp 50.000. Uang tersebut untuk membeli kaos
seharga Rp. 25.000. Selain itu untuk membeli beraneka ragam gantungan kunci
seharga Rp 10.000 dan sisanya dikembalikan kepada ibunya. Astri sangat
menikmati liburan ke Baturaden kali ini”.
4)
Menyajikan
konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
Pembelajaran
terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk
semacam jalinan antarskema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara
konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara
utuh dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
Contoh:
Siswa belajar
mengenai dongeng Malin Kundang pada mata pelajaran SBK yaitu mengenai unsur
intrinsik dari dongeng tersebut. Dalam unsur intrinsik terdapat tokoh dan
penokohan. Dalam dongeng Malin Kundang ada tokoh-tokohnya yaitu Malin, istri
Malin, Saudagar Kaya, dan juga Bundo. Guru menjelaskan bahwa bundo itu
bersinonim dengan ibu, mamah, bunda, maupun mami. Dalam hal ini guru menyajikan
aspek yang membentuk jalinan antarskema yang membentuk kebermaknaan, dalam
mempelajari mata pelajaran SBK dapat pula disisipi mata pelajaran lain seperti
Bahasa Indonesia.
5)
Bersikap luwes
Pembelajaran
terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan
ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
Contoh:
Guru dengan
fleksibel dapat mengaitkan beberapa bahan ajar yang disesuaikan dengan
lingkungan sekitar siswa. Misalnya dalam pelajaran SBK mengenai tarian suwe ora
jamu, siswa diajarkan mengenai tarian tersebut oleh gurunya. Kemudian dalam
pembelajaran IPA materi perkembangbiakan pada tumbuhan, guru membahas mengenai
contoh tumbuhan yang berkembangbiak secara generatif maupun vegetatif dapat
dijadikan jamu. Guru menanyakan tumbuhan apa saja yang dapat dijadikan jamu?
6)
Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
Siswa diberi
kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat
dan kebutuhannya.
Kekuatan yang
dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai
berikut :
§ Pengalaman dan
kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. Hal
ini dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan pengambilan tema. Guru dalam
memilih tema yang akan dipelajari oleh siswa dapat disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa, misalnya untuk anak kelas rendah guru dapat memulai dengan
tema diri sendiri.
§ Kegiatan yang
dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
§ Seluruh kegiatan
belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan
lebih lama. Pembelajaran Terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir
anak. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik
dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika
menghadapi situasi pembelajaran.
§ Menyajikan
kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
dalam lingkungan anak. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi
tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
memudahkan pemahaman konsep.
§ Menumbuh
kembangkan keterampilan sosial anak, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi
dan respek terhadap gagasan orang lain.
§ Dengan
menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, tenaga dan
sarana serta biaya karena beberapa bidang kajian dapat dibelajarkan sekaligus.
Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
§ Pembelajaran
terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara
pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga
pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami
hubungan materi dari satu konteks ke konteks lainnya.
§ Akan terjadi
peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta
didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan
narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata,
dan dalam konteks yang lebih bermakna.
§ Mempermudah dan
memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan
atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat
dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi.
Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Di samping
kekuatan yang dikemukakan itu, model pembelajaran terpadu juga memiliki
kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang
cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan
dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu
memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.
1.
Aspek Guru
Guru harus
berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan
materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca
buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu
saja. guru tidak sekedar mengajar, tetapi ia harus mempersiapkan secara cermat,
melaksanakan, dan memantau perkembangan siswa dengan berbagai karakterstiknya.
Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2.
Aspek peserta
didik
Pembelajaran
terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik
dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model
pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan
asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif
(menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model
pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3.
Aspek sarana dan
sumber pembelajaran
Pembelajaran
terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak
dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4.
Aspek kurikulum
Kurikulum harus
luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan
pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta
didik.
5.
Aspek penilaian
Pembelajaran
terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu
menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian
terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk
menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang
komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi
pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6.
Suasana
pembelajaran
Pembelajaran
terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan
‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan
sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi
gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang
pendidikan guru itu sendiri.
7.
Aspek Kultural
Keterbatasan kultural
bangsa ini yang mendorong setiap pejabat untuk mengontrol mengakibatkan para
guru tergantung, sementara guru yang berinisiatif harus membentur berbagai
regulasi.Dikutip dari http://www.informasi-pendidikan.com/2014/01/karakteristik-pembelajaran-terpadu.html
0 komentar:
Posting Komentar