https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2sX4H1AfGWDEmhBLwUnwyP09ZBmg7eYJKG4BJwuNn8u2HkxW9TGyCsblSL-xc87t_pRm5TfRYzH55w-JbtblVyAq1IhOLs154pjY_TixSrY-SYO5wROs2PMpqfBNRHtSuSUBX1HWf1D0/s1600/cursor10.png PEMBELAJARAN TERPADU | areumdaun

Minggu, 28 September 2014

PEMBELAJARAN TERPADU



PEMBELAJARAN TERPADU
Pengertian pembelajaran terpadu menurut Tim Pengembang PGSD (2001; 8) dapat dilihat sebagai :
a.       Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
b.      Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
c.       Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
d.      Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang dipadukan dari konsep, materi, mata pelajaran, bahkan sikap dan perilaku terkait yang dijadikan suatu tema, dan tema-tema tersebut tidak dipilih-pilih antar bidang studi.
Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:
1)      Berpusat pada anak
Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa seperti aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasai dan dibutuhkan sesuai perkembangannya. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan siswa sebagai aktor.
Contoh:
Dalam mata pelajaran IPA bagian praktikum, guru melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator yaitu memberi petunjuk dan mengarahkan proses pelaksanaan praktikum. Sedangkan siswa aktif dengan melaksanakan praktikum sendiri sesuai arahan guru. Siswa mencatat hasil praktikumnya dan dipresentasikan, lalu guru meluruskan konsep yang salah. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil praktikum.
2)      Otentik
Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari sehinggan dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
Contoh:
Pada pelajaran IPS mengenai peninggalan sejarah, guru tidak hanya menjelaskan materi mengenai bangunan-bangunan bersejarah tetapi guru mengajak siswa langsung ke tempat yang sesuai dengan materi tersebut, seperti museum. Dengan pengalaman langsung tersebut, siswa dapat mengetahui dengan jelas dan memahami materi yang akan dipelajari.

3)      Pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus. Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
Contoh:
Guru bercerita “Berlibur ke Baturaden”
“Liburan semester genap ini Astri dijanjikan oleh orang tuanya untuk berlibur ke Baturaden. Hari yang dijanjikan pun tiba. Hari ini Sabtu, 29 September jam 16.00 WIB, Astri dan kedua orangtuanya berangkat menggunakan mobil. Sebelum berangkat, tidak lupa Astri menyiapkan bekal. Sesampainya di Baturaden, Astri melihat berbagai penjual yang menjual cendera mata khas Baturaden. Astri meminta uang kepada ibunya lalu ibunya memberi uang Rp 50.000. Uang tersebut untuk membeli kaos seharga Rp. 25.000. Selain itu untuk membeli beraneka ragam gantungan kunci seharga Rp 10.000 dan sisanya dikembalikan kepada ibunya. Astri sangat menikmati liburan ke Baturaden kali ini”.
4)      Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
Contoh:
Siswa belajar mengenai dongeng Malin Kundang pada mata pelajaran SBK yaitu mengenai unsur intrinsik dari dongeng tersebut. Dalam unsur intrinsik terdapat tokoh dan penokohan. Dalam dongeng Malin Kundang ada tokoh-tokohnya yaitu Malin, istri Malin, Saudagar Kaya, dan juga Bundo. Guru menjelaskan bahwa bundo itu bersinonim dengan ibu, mamah, bunda, maupun mami. Dalam hal ini guru menyajikan aspek yang membentuk jalinan antarskema yang membentuk kebermaknaan, dalam mempelajari mata pelajaran SBK dapat pula disisipi mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia.
5)      Bersikap luwes
Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
Contoh:
Guru dengan fleksibel dapat mengaitkan beberapa bahan ajar yang disesuaikan dengan lingkungan sekitar siswa. Misalnya dalam pelajaran SBK mengenai tarian suwe ora jamu, siswa diajarkan mengenai tarian tersebut oleh gurunya. Kemudian dalam pembelajaran IPA materi perkembangbiakan pada tumbuhan, guru membahas mengenai contoh tumbuhan yang berkembangbiak secara generatif maupun vegetatif dapat dijadikan jamu. Guru menanyakan tumbuhan apa saja yang dapat dijadikan jamu?
6)      Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Kekuatan yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut :
§  Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan pengambilan tema. Guru dalam memilih tema yang akan dipelajari oleh siswa dapat disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, misalnya untuk anak kelas rendah guru dapat memulai dengan tema diri sendiri.
§  Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
§  Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama. Pembelajaran Terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
§  Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep.
§  Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.
§  Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, tenaga dan sarana serta biaya karena beberapa bidang kajian dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
§  Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi dari satu konteks ke konteks lainnya.
§  Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
§  Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi.

Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Di samping kekuatan yang dikemukakan itu, model pembelajaran terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.
1.      Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. guru tidak sekedar mengajar, tetapi ia harus mempersiapkan secara cermat, melaksanakan, dan memantau perkembangan siswa dengan berbagai karakterstiknya. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2.      Aspek peserta didik
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3.      Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4.      Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5.      Aspek penilaian
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6.      Suasana pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
7.      Aspek Kultural
Keterbatasan kultural bangsa ini yang mendorong setiap pejabat untuk mengontrol mengakibatkan para guru tergantung, sementara guru yang berinisiatif harus membentur berbagai regulasi.

Dikutip dari http://www.informasi-pendidikan.com/2014/01/karakteristik-pembelajaran-terpadu.html

0 komentar:

Posting Komentar